“I think we have a moral obligation to our children that can be easily summarised: number one, protect them from any harm” (Tom Allen)

Sejujurnya saya merasa resah dengan isu-isu yang ada di tanah air seputar kejadian di sekitar anak kita. Entah itu penculikan, pelecehan seksual, kasus phedophilia, atau sekedar bullying teman-teman sekitar. Saya yakin semua orang tua pun merasakan hal yang sama. Di Indonesia, rasa-rasanya “akses” untuk menculik anak itu lebih mudah. Lihat saja anak-anak yang bermain di jalan atau lapangan tanpa pengawasan. Diberi iming-iming coklat, permen, atau mainan, bisa jadi mau mengikuti kemana perginya orang yang tidak dikenal. Hiiiy, nau’udzubillaah! Semoga Allah jauhkan yaa…

Setelah hampir 4 tahun saya tinggal di negara Ratu Elizabeth ditemani anak saya yang sudah menginjak 4 tahun usianya, saya mulai memahami bagaimana sistem disini begitu memproteksi anak-anak. Walaupun di awal saya merasa, “koq gini banget sih”, agak-agak rempong maksudnya, tapi setelah saya dalami ternyata memang benar dan besar manfaatnya. Saya coba list beberapa hal yang saya ingat ya untuk mendapatkan gambaran dan semoga dapat kita ambil pelajaran.

  1. Anak-anak harus selalu di temani atau di bawah pengawasan orang dewasa hingga usianya 12 tahun

Ini peraturan yang ga main-main lho! Dulu, seingat saya, saya sudah berangkat ke SD sendirian atau bersama teman (tanpa ditemani orang tua) padahal perjalanan ke SD sekitar 10 menit. Kalau di Inggris gimana? No no noooo…!! Tak boleeeee, kalau kata upin ipin 😀 Anak-anak dibawah usia 12 tahun tidak boleh sendirian dalam keadaan apapun juga. Konsekuensinya? Mengantar dan menjemput anak wajib dilakukan. Bahkan jika yang menjemput bukan orang tuanya, maka ia harus dikenalkan terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Lebih lagi, jika ada anak yang berjalan sendirian di jalan, bisa diangkut social service nanti, hihi… Social service itu semacam lembaga kesejahteraan masyarakatnya UK. Jika ada kasus child abuse dan tidak ada anggota keluarga lain yang bisa menjaga sang anak, maka social service akan merawatnya.

Kebayang kan kenapa di UK ga ada anak kecil jalan sendirian untuk jajan es krim? Hehe… 😀 Karena pengawasan orang tua itu wajib, fardhu lah hukumnya. Peraturan ini memang ketat, kami yang berstatus PhD parents ini juga harus mematuhi peraturan itu, yang membuat jadwal kami ke kampus semakin tricky karena harus bergantian mengantar dan menjemput anak. Tapi saya setuju koq, itu artinya anak berada dalam pengawasan orang dewasa 24 jam, mengurangi resiko kejahatan pada anak-anak.

  1. Anak-anak tidak boleh ditinggal sendirian di rumah

Peraturan lainnya adalah, anak dibawah 12 tahun tidak boleh ditinggal di rumah sendirian. Mau emaknya belanja sayur kek, ditinggal pergi kondangan, apalagi ngrumpi di mall, hehe 😀  Daan… meskipun kita meninggalkan si kakak yang usianya sudah 13 tahun bersama si adik yang usianya 7 tahun, itu tetap GA BOLEH. Peraturan disini mengatakan, anak usia 13 memang sudah boleh ditinggal sendirian di rumah, tapi tidak boleh diberi kepercayaan untuk menjaga adiknya yang masih kecil. Daaan… anak dibawah usia 16 tahun tidak boleh ditinggal sendirian semalaman di rumah. Naah… lumayan beribet kan? Tapi saya paham, bahwa peraturan ini pun berlandaskan penelitian dan kajian yang cukup panjang. Anak berusia di bawah 12 tahun itu dianggap belum memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri.

  1. Anak di bawah usia 12 tahun atau tingginya dibawah 135 cm harus mengenakan car seat jika duduk di dalam mobil

Ketik saya melahirkan di London dan ingin membawa bayi pulang, ummahat di London dengan senang hati meminjamkan car seat kepada saya. Dalam hati, buat apa ini ya? Bayi kan digendong sendiri juga bisa. Tapiiiiii… ternyata peraturan disini tegas. Kalau naik mobil pribadi, anak wajib menggunakan car seat, bahkan untuk Najwa di usia 4 tahun ini. Kalau ketahuan bisa kena denda hingga GBP 500 atau sekitar 8.5 juta! Kenapa ya rempong banget pake car seat? Setelah dipikir-pikir, memang benar sih, car seat itu penting untuk kemanan anak. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di jalan. Kalaupun kita sudah hati-hati, apa orang lain bisa juga hati-hati? Saya masih ingat dengan video yang sempat viral tahun silam, tentang seorang ibu yang bercerita bahwa anak yang begitu dicintainya meninggal karena kecelakaan mobil dan tidak mengenakan car seat. Disitu kadang saya suka berpikir, iya sih lebih repot peraturan disini, tapi memang lebih mengutamakan safety.

  1. Izin sekolah yang tidak mudah

Naah… dulu tuh, saya masih ingaaaat banget. Kalau ada teman SD yang mau izin sekolah, tinggal titip surat aja ke gurunya. Disini mah, no no! Kalau anak mau izin dari sekolah, harus JELAS ALASANNYA, dan orang tuanya sendiri yang harus menjelaskan. Kalau sakit atau hal mendadak lain sih bisa dipahami. Tapi kalau ga ada alasan yang jelas, bisa jadi tidak diizinkan. Ini berlaku sejak nursery lho atau setara dengan TK di Indonesia. Di UK pendidikan memang gratis, oleh sebab itu kita harus dapat mempertanggungjawabkan dana pemerintah yang sudah keluar untuk biaya pendidikan anak-anak yang sekolah di UK. Sekolah juga dievaluasi jumlah kehadiran muridnya yang akan mempengaruhi evaluasi penilaian grade sekolah itu. Jadilah mereka cukup “pelit” memberi izin. Contoh kasus saya kemarin, saat saya terpaksa mengajak Najwa ke Indonesia dan harus mengajukan libur selama 2 minggu, surat permohonan sudah harus diberikan kepada kepala sekolah 1 bulan sebelumnya, menjelaskan alasan yang dapat diterima. Dikasih izin atau tidak, tergantung dari kepala sekolahnya. Kalau nekat niih, anak ga masuk sekolah ga pake izin, bisa kena denda up to GBP 60 per hari nya, atau setara dengan 1 juta rupiah. Lah kalau pergi satu minggu bisa kena 5 juta untuk denda sendiri. Jadiiii memang lebih ketat dan disiplin peraturan disini. Sebenarnya ini juga bentuk penghargaan kepada pendidikan dan hak anak untuk memperolehnya. Dengan begini, kita orang tua juga harus belajar untuk lebih menghargai ilmu sebenarnya…

  1. Makan makanan sehat!

Salah satu hal yang membuat saya lumayan lieur disini mah perihal membawa bekal si anak. Bukan apa-apa, peraturan disini yang lumayan ketat perihal makanan anak yang harus sehat! Jangan dikira boleh bawa gegorengan semacam nugget atau fish chips, makanan instant mah no way! Dalam hati, makanan Indonesia apa yang ga digoreeeng 😀 Nasi goreng, ayam goreng, ikan goreng, bakwan, dll. Pernah suatu kali saya kena tegur sang guru, “We teach the children to eat healthy food, so we hope their parents can support us by bringing health lunch box for them”. Nah lhooo! Mentok disini yang disarankan adalah makanan yang direbus atau dipanggang. Ya wajar sih, anak-anak disana kan makannya ala-ala sandwich dan pasta, jadi emang bukan gegorengan. Saya bawa roti dengan selai coklat pun salah, katanya sih selai coklatnya yang forbidden. Dibawain jus kotak juga ga boleh, karena terlalu manis. Bawain biskuit juga ga boleh, Najwa bilang saat pulang, “Bunda, Ms. Annisa said that no cookies or biscuit”. Hayeuh hayeuuh… PR sendiri ini buat saya untuk milah dan memilih menu makanan si kecil. Tapi benar siih.. UK memang sangat ketat terkait dengan menu makanan anak yang harus sehat. Ga boleh terlalu manis, terlalu asin, atau goreng-gorengan. Dan secara kesehatan memang benar, jadi saya emang harus nurut 😀

  1. Tidak diperbolehkan untuk mengambil foto anak-anak di sekolah

Peraturan lain yang cukup tegas adalah perihal mengambil foto anak. Disini, ga boleh sembarangan upload foto anak kita dengan teman-temannya (tanpa persetujuan orang tua dan guru maksudnya). Dulu, pertama kali saya bawa Najwa ke children center, jelas-jelas tertulis “NO TAKING PICTURES”. Di nursery ini juga sama. Saat ada Gruffalo party untuk merayakan world book day, kan lucu tuh anak-anak pake kostum-kostum. Ada orang tua yang ingin mengambil foto, kata sang guru “Please, it’s not allowed for taking pictures of the children. You can do it outside for your child, but not in this school and taking pictures of the others”. Hmm… iya sih, ada etikanya kalau mau upload foto anak-anak disini, untuk keselamatan mereka juga.

Mungkin sekian dulu sharing dari saya. Sebenarnya masih banyak mungkin hal-hal positif atau peraturan positif terkait dengan anak-anak disini atau negara maju lainnya. Semoga kita orang tua, bisa lebih disiplin, mau berkorban lebih untuk keselamatan dan kebaikan anak kita. Bisa jadi yang terlihat rempong atau ribet hari ini, dapat menjadi pelajaran dan memberi perlindungan untuk anak-anak kita hingga dewasa nanti.

“There is nothing more precious than our child, and nothing more important to our future than the safety of our children.” (William J. Clinton)